Kali Mas Berubah Menjadi Orange, Porong Jadi Neraka

|

Sulit menemukan mata air yang bersih dan jernih di kota Surabaya. Kondisi itu menggugah keprihatinan Komunitas Jurnalis Peduli Lingkungan (KJPL) yang mulai 10 Maret hingga 17 Maret menggelar pameran foto di Royal Plaza. Pameran itu diadakan sekaligus untuk menyambut peringatan Hari Air pada 22 Maret mendatang. (Sekaring Ratri A., Surabaya).

Aneka objek foto bertema lingkungan menghiasi salah satu sudut Royal Plaza. Bingkai-bingkai hasil jepretan anggota KJPL itu mengingatkan kita semua untuk kembali lebih peduli kepada kondisi lingkungan. Terutama yang terkait dengan kondisi air sebagai sumber daya alam paling dibutuhkan manusia.

Sebanyak 25 foto karya para jurnalis foto dan fotografer amatir dari berbagai kota itu memang menggambarkan dengan detail dampak-dampak perusakan lingkungan di sekitar Surabaya. Tidak hanya polusi air di Kali Mas, tragedi lumpur Lapindo di Porong, juga fenomena banjir yang terjadi di kota-kota besar.

Seperti karya foto yang berjudul Neraka Porong. Foto bidikan Erick Ireng ini menggambarkan luapan lumpur yang ditampung di bendungan raksasa. Di bagian luar tampak beberapa orang sedang menjalankan kendaraan proyek. Sungguh tragedi perusakan lingkungan yang menyengsarakan rakyat.

Kondisi Kali Mas yang memprihatinkan juga menjadi sasaran kritik para juru foto itu. Melalui karya foto milik Ecoton, limbah industri yang terus mengalir di Kali Mas ditampilkan secara simbolik. Pada foto tersebut tampak seonggok sampah dan limbah industri mewarnai sungai kebanggaan Surabaya itu. Ironisnya, air Kali Mas selama ini menjadi sumber bahan baku air minum masyarakat yang diolah PDAM.

Pada karya foto yang lain, tampak aliran air sungai yang sudah berubah menjadi orange akibat tercemar limbah pabrik. Masyarakat seperti diingatkan bahwa air minium PDAM yang selama ini mereka konsumsi bahan bakunya amat buruk.

Polusi udara juga menjadi persoalan serius bagi lingkungan hidup Surabaya. Foto Erick yang lain berbicara soal buruknya kondisi lingkungan udara kota ini. Erick menampilkan foto itu dengan objek jalanan padat kendaraan bermotor yang penuh debu dan asap hitam knalpot.

Dalam foto tersebut, tampak dua truk tangki minyak berimpitan dengan truk pengangkut barang lain. Keduanya spontan menghasilkan polusi udara bebarengan. Udara pun menguar hitam kecoklatan.

Pameran foto peduli lingkungan itu memang tidak ramai pengunjung. Meski begitu, foto-foto yang dipamerkan cukup menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. ‘’Saya tidak menyadari kalau ternyata kerusakan lingkungan di sekitar kita sudah segitu parah.’’ Komentar Dina Wahyuni, mahasiswi Unesa.

Yani, pengajar sebuah lembaga pendidikan, mengaku tidak heran dengan pemandangan yang disaksikan dalam foto-foto jepretan para juru warta itu. “Dari dulu, para perusak lingkungan memang tidak pernah kapok. Jadi wajar kalau banjir sering terjadi di sini.” Tuturnya.

(Sumber: Jawa Pos,12 Maret 2008)


0 komentar: